Senin, 17 Mei 2010

Migrain Ternyata Penyakit Saraf Turunan

Cambridge, Orang pertama kali mengenal migrain sejak masa 1500 sebelum masehi (SM). Sakit kepala sebelah ini umum dialami, tapi hanya sedikit yang memahaminya. Dan ternyata migrain adalah penyakit yang dibawa sejak lahir dan diturunkan dari orangtua.

Meskipun migrain tidak mengancam nyawa, tapi sakit kepala sebelah ini adalah penyakit yang tergolong parah dan banyak orang yang tidak mengetahuinya.

"Pada kenyataannya migrain adalah penyakit saraf kompleks yang mempengaruhi sistem saraf pusat dan disertai dengan gejala fisik dan emosional," ujar Dr Carolyn Bernstein, ahli neurologi dari Cambridge Health Alliance-Cambridge Campus, seperti dilansir dari Dailymail, Jumat (14/5/2010).

Dr Bernstein sendiri tertarik mengambil spesialisasi neurologi karena ia juga sering mengalami migrain sejak usia 20 tahun. Menurutnya, belum banyak orang yang tahu tentang penyebab penyakit migrain dan bagaimana mengatasinya. Sehingga spesialisasi ini cukup menarik baginya.

Dan dalam bukunya yang berjudul 'The Migraine Brain', Dr Bernstein menjelaskan bahwa migrain disebabkan karena adanya ketidaknormalan otak.

Migrain bukan merupakan hasil dari masalah kejiwaan atau tanda hipokondria (fobia kesehatan atau khawatir yang berlebihan dengan penyakit serius), maupun kesalahan penderita.

Migrain adalah gangguan saraf kronis yang dibawa sejak lahir, dan dalam banyak kasus merupakan penyakit yang diturunkan dari kedua orang tua.

Migrain diturunkan dari ibu

Yang mengejutkan adalah 1 dari 5 wanita dan 1 dari 20 pria di Inggris telah menderita migrain. Migrain adalah penyebab utama kecacatan kesembilan di dunia, dan lebih umum ketimbang diabetes atau asma.

Penelitian menunjukkan bahwa antara 70 hingga 80 persen menderita migrain memiliki riwayat keluarga juga menderita migrain, terutama dari faktor ibu.

Karena penyakit ini disebabkan oleh kondisi genetik, maka tidak ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit ini. Obat yang ada hanya bisa mengurangi dan meminimalkan gejala yang ditimbulkan.

Menurut Dr Bernstein, tidak ada orang yang memiliki pengalaman atau sejarah migrain yang sama persis. Inilah yang menyebabkan sangat sulit untuk membandingkan pemicu migrain yang dialami seseorang dengan yang lainnya.

Ada mitos yang menyebutkan bahwa penderita migrain harus menghindari cokelat dan makanan dengan MSG. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Untuk beberapa orang mungkin jenis makanan ini bisa menjadi pemicu migrain, tapi hal ini tidak berlaku bagi semua orang yang menderita migrain.

Setiap orang memiliki pemicu yang berbeda. Pemicu migrain bisa saja dari anggur merah, perubahan cuaca, kurang tidur atau bau parfum yang menyengat.

Pemicu tersebut tidak hanya mengganggu otak, tapi juga mengacaukan pekerjaan, karena pemicu menghasilkan reaksi rantai biokimia yang dapat menyebabkan sejumlah gejala.

Tidak seperti sakit kepala biasa, migrain juga melibatkan pengalaman yang sama sekali berbeda dan hampir selalu menyertakan beberapa reaksi dan gejala fisik.

85 persen pasien migrain mengalami kepala berdenyut terus-menerus, rasa nyeri yang dirasakan dengan setiap detakan jantung, seperti pisau yang menikam berulang-ulang di kepala.

Selama bertahun-tahun, dokter mengira bahwa migrain disebabkan oleh vasodilatasi, yaitu pembuluh darah di otak melebar dan menekan struktur yang peka terhadap rasa sakit.

Memang benar, untuk banyak penderita migrain, sakit kepala adalah salah satu gejala yang menyertai migrain. Tapi migrain sendiri hampir tidak pernah hanya merupakan nyeri di kepala, ada gejala-gejala lain yang menyertainya.

Gejala migrain seperti mual dan muntah, kepekaan terhadap cahaya atau suara, mati rasa atau sensasi aneh di kulit, perubahan penglihatan, rasa lapar, bicara melantur, mata merah dan menangis berlebihan. Gejala-gejala ini sangat beragam dan kompleks.

(mer/ir)

Merry Wahyuningsih - detikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar